Contoh Permainan Bahasa untuk Keterampilan Menyimak (Istima’)dan Berbicara (Muhadatsah)

Permainan berasal dari kata “main” yang bermakna melakukan kesibukan (permainan) untuk mengasyikkan hati (dengan mengfungsikan alat-alat khusus atau tidak)[1]. Sedangkan kata “permainan” membawa beberapa arti, yakni : Satu, sesuatu atau barang yang digunakan untuk bermain atau dipermainkan (mainan). Dua, perihal bermain atau perbuatan bermain. Tiga, Perbuatan yang dijalankan bersama tidak serius (hanya untuk main-main). Empat, Pertunjukan, tontonan, dsb. Dan Lima, perhiasan[2].

Jika kata “permainan” di-idhofah-kan bersama kata “bahasa”, maka hakikatnya (permainan bahasa) adalah suatu kesibukan untuk meraih suatu keterampilan berbahasa khusus bersama cara yang menggembirakan[3].

Permainan bahasa membawa obyek ganda, yakni untuk meraih keceriaan dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu dari kursus bahasa arab.

A. Permainan Bahasa untuk Keterampilan Menyimak (Istima’)

Satu : Bisik berarntai (al asrar al mutasalsil). Permainan ini terdiri dari dua kelompok atau lebih. Masing-masing kelompok terdiri 6 – 7 siswa. Guru membisikkan kata atau kalimat yang diperlihatkan kepada siswa terdepan pada masing-masing kelompok. Selanjutnya dibisikkan pada siswa di belakangnya demikian hingga siswa terakhir, kelompok yang tercepat dan benar dialah yang menang.

Dua : Siapa yang bicara (man al mutahaddits?). Guru memperdengarkan sebuah percakapan sesudah itu siswa disuruh menebak siapa yang biacara. Misalnya, nada pada guru dan murid, pedagang dan pembeli, satpam dan tamu, dan sebagainya.

Tiga : Bagaimana aku pergi (kaifa adzhabu ilaa…?). Guru menyuruh siswa untuk menunjukkan rute perjalanan yang terkandung di peta yang tergambar di papan tulis, sesudah memperdengarkan penjelasan singkat perihal perjalanan yang menginginkan ditempuhnya.

B. Permainan Bahasa untuk Keterampilan Berbicara (Muhadatsah)

Satu : Dimana aku (Aina Ana?). Guru memperagakan gerakan dari suatu perbuatan tertentu. Kemudian menyuruh siswa untuk menebak di mana dijalankan perbuatan tersebut, seperti gerakan orang tengah makan, menulis, membaca, dan sebagainya.

Dua : Menyebut gambar (Sifis Shuroh).Guru menunjukkan beberapa gambar orang-orang yang populer (tokoh) kepada siswa. Kemudian menyuruh siswa untuk mengomentari satu gambar, demikian hingga akhir.

Tiga : Apa yang aku melaksanakan (Maadza a’mal?). Guru memperagakan perbuatan khusus atau menyuruh keliru satu siswa untuk melakukan perbuatan tersebut. Kemudian menyuruh siswa lain untuk menebak apa yang tengah dilakukannya.

Scroll to Top