Skripsi sebagai penentu kelulusan jenjang pendidikan S-1 kadang kala menjadi hal yang ditakuti. Ketidakmampuan mahasiswa untuk mengerjakan skripsi mengakibatkan joki skripsi datang sebagai solusi berasal dari ancaman ketidaklulusan. Tidak berhenti hingga di pengerjaan skripsi saja. Kini, tugas harian mahasiswa termasuk diselesaikan oleh para joki kti kedokteran.
Dunia akademis makin lama terancam.
Ribuan akun yang bergabung di dalam sebuah base, berinteraksi secara bebas untuk menawarkan jasa sebagai joki tugas di Twitter. Bahkan, kegiatan transaksi pun diatur ikuti ketentuan-ketentuan yang telat dibikin base. Tim berusaha menghubungi base tersebut. Namun, hingga kini, tidak tersedia respons baik yang diperoleh. Padahal, akun selanjutnya aktif mengakibatkan cuitan.
Salah satu joki tugas yang ditemukan di base selanjutnya adalah Agni (bukan nama sebenarnya). Mulanya, Agni cuma menjadi joki sendiri. Kemudian, ia berpikir untuk bekerja mirip dengan joki tugas lainnya supaya saling menguntungkan. Sekarang ia telah punya lebih berasal dari 17 orang pelanggan sejak Maret lalu.
“Aku ngumpulin lebih dari satu joki tugas di dalam satu grup. Kalau tersedia kastemer yang enggak mampu di-handle, saya oper ke mereka. Sekarang tersedia dua grup, lebih kurang 15 orang khusus untuk (tugas) hitung-hitungan dan lebih kurang 25 orang khusus di luar (tugas) nonhitunganJoki tugas yang bekerja mirip dengan Agni (20) bakal memperoleh bayaran sebesar 90% berasal dari satu orang pelanggan, sedang Agni bakal memperoleh 10% sisanya sebagai bayaran sebab telah membawa pelanggan.
Tidak cuma di Twitter, tim menemukan joki tugas di TikTok. Mereka mengakibatkan konten video, layaknya tangkapan layar (screenshot) testimoni berasal dari pengguna jasa joki tugas, nilai akhir yang didapatkan, hingga kekuatan joki tugas untuk mengejar deadline sepanjang satu jam dengan target menarik minat pelanggan lainnya. Terkadang, mereka termasuk mencukupi kolom komentar pengguna TikTok lainnya untuk menawarkan pertolongan di dalam pengerjaan tugas.
Salah satunya adalah Nathania (19), mahasiswa semester dua jurusan Sastra Jawa yang baru menjadi joki tugas sejak Februari selanjutnya untuk menambah uang jajannya. Ia mampu terima pesanan dua hingga tiga tugas di dalam sehari. Alhasil, Nathania telah menghimpun Rp1,5 juta hingga wawancara dijalankan terhadap. Tak cuma menambah penghasilan, ia termasuk beranggapan joki tugas mampu menambah ilmu.
Kan saya anak sastra, yang paling kerap saya joki tugas itu anak hukum perdata atau ilmu komunikasi. Aku enggak masuk di jurusan itu, tapi saya mengerti dikit,” mengerti Nathania.
Kemudian, tim menemukan Jeni (bukan nama sebenarnya) yang termasuk mencoba peruntungannya menjadi joki tugas di TikTok. Sebagian besar konten video yang dibuatnya memuat Info bahwa ia memerlukan uang untuk makan dan membayar indekos sebab orang tuanya kekurangan biaya. Jeni (22) sukses menghimpun lebih kurang Rp1 juta sepanjang sebulan sejak menjadi joki.
Mahasiswa semester tujuh jurusan Filsafat selanjutnya mampu mengerjakan tiga hingga empat tugas di dalam sehari. Jenis tugas yang kerap ia melaksanakan berupa makalah atau presentasi. Rata-rata tugas yang dijalankan berasal berasal dari jurusan Kebidanan. Jeni bakal mencoba untuk mengerti khususnya dahulu materi lewat Google dan merangkum berdasarkan pemahamannya.
Joki tugas berikan jalur pintas kepada mahasiswa. Perasaan bersalah sebab menjadi joki tugas cuma dirasakan oleh Agni. Walaupun berpotensi untuk ketahuan oleh dosen, ketiga joki tugas selalu melanjutkan pekerjaannya.
Peristiwa tidak menggembirakan pun dialami oleh ketiga joki tugas. Jeni diprotes sebab laptopnya yang sempat eror supaya tidak mampu mengirimkan tugas. Padahal, tenggat sementara pengumpulannya telah dekat. Nathania tidak memperoleh bayaran sebagai akibat berasal dari kesalahannya di dalam pengerjaan tugas. Ia termasuk sempat dibohongi oleh pelanggan yang menghilang begitu saja. Berbeda berasal dari yang lain, Agni diprotes oleh pelanggan sebab harga joki yang ditawarkan amat mahal.
Kesalahan Tanpa Bukti
Salah satu mahasiswa yang tim sukses hubungi, gunakan jasa joki tugas sebab mesti mengurus usaha hand sanitizer miliknya. Ia mencari akun joki tugas di Instagram untuk mengerjakan ujian sedang semesternya yang berupa esai.
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara itu berkata, “Hasilnya enggak sesuai, sih, mirip kriteria yang telah gue kasih ke mereka. Masalahnya inti berasal dari esainya ini enggak ada. Akhirnya rela enggak rela gue mesti revisi lagi. Jadi kayak kerja dua kali gitu, loh.”
Untungnya, harga yang ditawarkan oleh sang joki tugas tidak amat tinggi yakni Rp30.000. Mahasiswa selanjutnya kelanjutannya cuma membayar setengah berasal dari harga yang ditetapkan sebab hasil yang tidak memuaskan.
Cerita lainnya berasal dari Ryan (19), mahasiswa semester dua berasal dari jurusan Hubungan Internasional. Ia pernah gunakan joki tugas sebab mesti menolong pemakaman keliru satu bagian keluarganya. Sementara itu, tugas esai Bahasa Inggris yang diberikan cuma punya tenggat sementara satu hari. Ryan mesti merogoh kantong Rp200.000 untuk membayar joki tugas. Meskipun begitu, ia memperoleh hasil yang lumayan memuaskan.
Dilihat berasal dari segi moral ya sebetulnya curang, enggak adil bikin mahasiswa yang ngerjain dengan kesusahan payah. Kalau dilihat gunakan anggapan terbuka, mereka kreatif aja sebab suatu usaha lahir berasal dari otak yang inovatif itu, ” ungkapnya lagi.
Hal mirip termasuk disampaikan mahasiswa Jurnalistik yang tidak mengidamkan disebutkan namanya itu, “Namanya orang rela nyari duit, mah, sah-sah aja. Zaman saat ini nyari uang kesusahan gak, sih? Jadi makin lama banyak cara kreatif aja.”
Selain tugas yang menumpuk, ketidakpahaman terhadap materi menjadi masalah yang dialami oleh Ben (21) sementara menekuni semester empat di kampusnya. Ia ditugaskan untuk mengakibatkan abstrak di dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Serupa dengan Ryan, Ben mesti mengeluarkan Rp250.000 untuk membayar joki tugas sebab tenggat sementara yang diberikan cuma satu hari.
“Hasilnya bagus, beneran profesional kayak kata-katanya, formatnya, sesuai mirip yang gue minta semua. Gue cuma tukar nama doang, masukin nama mirip NIM.
Meskipun demikian, harga yang ditawarkan oleh joki tugas amat mahal baginya. Ben termasuk memandang pemanfaatan joki tugas sebetulnya adalah pelanggaran etika. Akan tetapi, pihak universitas dinilai sulit untuk mendeteksi apakah seorang mahasiswa gunakan joki tugas atau tidak. Tuduhan bakal kemungkinannya sangat kecil untuk dilayangkan.
Ketiga mahasiswa selanjutnya bisa saja baru pertama kali gunakan joki tugas. Berbeda dengan Akbar (21). Mahasiswa semester enam jurusan Akuntansi itu telah kerap gunakan joki tugas sebelum pandemi. Tugas mingguan untuk mengakibatkan presentasi, jurnal, dan buku besar yang membeludak, membuatnya risau tidak menghimpun tugas tepat waktu.
Sebelum pandemi, ia rutin menghabiskan Rp150.000 untuk joki tugas di dalam sebulan. Harga tertinggi yang pernah ia habiskan untuk membayar jasa joki adalah Rp600.000. Harga selanjutnya termasuk telah dipangkas berasal dari Rp1 juta untuk mengerjakan tugas praktikum perpajakan.
Waktu itu, dia (joki tugas) minta rela nilai berapa. Kalau gue bilang kayaknya nilai enggak amat penting. Gue bilang dengan harga segitu (Rp600.000) lo (joki tugas) mesti ngejelasin termasuk yang dikerjain, andaikata gue ditanya (caranya) mirip dosen gue menjadi tau,” cerita Akbar.
Menurut pengalamannya, hampir seluruh dosen tidak memeriksa tugas mahasiswa satu per satu. Maka berasal dari itu, Akbar pilih untuk gunakan jasa joki tugas. Teman-teman di kelasnya pun ikut gunakan jasa joki tugas.
“Kelas gue kan (isinya) lebih kurang 22-25 orang. Mungkin, lebih kurang tersedia 10-12 orang paling (yang gunakan joki),” kata Akbar.
Tak cuma kalangan mahasiswa, tim menemukan joki tugas telah meluas ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Temuan ini termasuk divalidasi Ryan yang perlihatkan bahwa ia telah mengerti joki tugas berasal dari SMA.
“Saya berasal dari SMA telah nge-follow akun menfess se-Jakarta gitu kan di Instagram, kayak nawarin (joki tugas) di story-nya gitu, ngiklan. Terus ya telah saya cari (akun joki tugas),” kata Ryan.
Ternyata, para dosen yang tim wawancarai mengerti tentang fenomena joki tugas di kalangan mahasiswa. Akademisi di Universitas Sahid Jakarta Nindy Sabrina (28) memandang joki tugas sebagai fenomena yang amat aneh. Menurut Nindy, mutu jawaban yang diberikan joki tugas patut dipertanyakan sebab mengerjakan tugas berasal dari jurusan yang berbeda.
Nindy menjelaskan, “Kami (para dosen) enggak punya sementara untuk memberi salam mahasiswa. Karena kita merasa aneh dengan jawabannya, kita termasuk enggak boleh menuduh tanpa bukti. Apalagi jikalau online itu soft file semua, beda jikalau tulisan tangan mampu ketahuan.”
Pemberian sanksi kepada mahasiswa sulit dilakukan. Menurut Nindy, pekerjaan selanjutnya cuma hanya tugas harian yang tidak mampu terdeteksi. Berbeda dengan joki ujian yang telah mampu dikenakan sanksi.
Nindy termasuk mengatakan andaikata mahasiswa melalui sistem menyeleksi berbagai sumber untuk pengerjaan tugas, seseorang amat gampang terkena paparan berita bohong dan menjadi tidak cukup kompeten serta kehilangan kekuatan untuk berpikir parah sementara berada di dunia kerja.
Akademisi Universitas Multimedia Nusantara Yulika Satria Daya (42) termasuk memandang joki tugas sebagai tindakan yang tidak beretika. Lingkaran setan kelanjutannya terbentuk pada mahasiswa dengan joki tugas yang mengandalkan kepintarannya sebab tidak punya tanggung jawab moral. Tim sempat menceritakan lebih dari satu alasan joki tugas laksanakan pekerjaanya, tapi Yulika tidak terima alasan tersebut.
“Itu alasan klasik yang diada-adakan, sebetulnya mampu cari alternatif lain. Dia mampu jualan pulsa. Ketika telah miliki kebiasaan sementara kuliah, hal selanjutnya bakal terbawa sementara kerja sebab mampu memaklumi hal-hal besar. Jadinya, kamu memperoleh hal sesuai dengan kemauan, bukan kembali kemampuan,” kata Yulika.
Berdasarkan pengalaman Yulika, mahasiswa yang gunakan joki tugas tidak bakal melalui sistem pembelajaran dan pemahaman. Saat diuji, ia tidak mampu menjawabnya. “Dampaknya turun-temurun sebab si pelaku dan pengguna bakal berkeluarga. Karakter itulah yang lantas bakal diturunkan. Tujuan menuntut ilmu kan bukan transaksi dan menjual beli,” jadi Yulika.
Dari informasi-informasi yang tim peroleh berasal dari mahasiswa dan akademisi, belum tersedia ketetapan atau regulasi yang sesuaikan joki tugas di perguruan tinggi. Adapun hal yang baru dibahas ke di dalam regulasi secara formal adalah plagiarisme. Lalu, tidak seluruh dosen memperbarui Info terkini tentang pertumbuhan joki tugas di kalangan mahasiswa.
Kalau menurutku, (dosen) yang senior-senior kayak Bapak Ibu guru atau dosen yang lama-lama enggak kepikiran ke arah sini (joki tugas yang dijalankan secara terang-terangan). Yang kepikiran dosen-dosen kayak saya, yang muda-muda yang baru tau tersedia fenomena layaknya ini,” mengerti Nindy.
Hukum yang Tak Dapat Dilibatkan
Jika ditilik berasal dari segi hukum, joki tugas termasuk belum mampu ditindaklanjuti lebih jauh. Laina Rafianti, selaku pakar hukum di dalam bidang hak cipta mengatakan bahwa seseorang punya hak moral dan hak ekonomi andaikata telah membuahkan sebuah karya di dalam bidang ilmu pengetahuan.
Fenomena joki tugas yang dilihat berasal dari perspektif hukum hak cipta telah melanggar hak moral. Hak moral bermakna selalu mencantumkan nama, tidak merubah ciptaan, dan tidak dimutilasi. Sebaliknya, untuk hak ekonomi tidak dilanggar sebab tidak adanya tindakan komersialisasi.
Dosen Universitas Padjajaran itu memandang bahwa fenomena ini tidak mampu ceroboh dibawa ke meja pengadilan dan dikenai sanksi hak cipta. Hal yang mampu dijalankan adalah memberikan sanksi administrasi atau sanksi akademik kepada mahasiswa layaknya skorsing. Negosiasi termasuk menjadi jalur lain untuk merampungkan fenomena joki tugas tersebut.
“Saya rekomendasikan tersedia tindakan preventif pada dosen dan mahasiswa untuk mengakibatkan pengakuan bahwa tugas itu (harus) dijalankan sendiri. Kemudian dibikin di dalam lebih dari satu keputusan yang tersedia di universitas. Kalau mesti masuk ke di dalam UU, materi muatannya bukan UU, tidak ceroboh untuk menulis materi yang termuat di UU.”
Laina kembali menegaskan bahwa hukum tidak hanya merupakan ketetapan tertulis, tapi mesti memandang norma lain layaknya norma agama dan norma sosial dan termasuk etika. Ia berpesan untuk tidak menyalahgunakan suatu karya cipta sebab karya cipta selanjutnya menempel terhadap diri pribadi.
Junaedi Saibih selaku pakar hukum di dalam bidang hukum acara termasuk melengkapi perspektif Laina. Menurutnya, joki tugas tidak mampu dimasukkan sebagai tindakan penipuan sebab joki tugas telah merampungkan tugas yang diminta oleh pelanggannya sesuai dengan perjanjian. Apabila tugas telah di terima dan sistem transaksi dilakukan, ikatan perdata telah berakhir.
Fenomena joki tugas termasuk tidak mampu dilihat berasal dari segi pemalsuan dokumen sebab tidak adanya perbandingan pada tugas yang asli dan tugas yang palsu. Jika mengidamkan dilihat berasal dari segi Undang-Undang Pendidikan Nasional Pasal 70 Nomor 20 Tahun 2003, keputusan pidana baru diberlakukan terhadap masalah tentang sertifikasi kompetensi layaknya tentang dengan ijazah.
Meskipun belum masuk ke di dalam undang-undang, Junaedi merasa bahwa dibutuhkan hukum untuk memberantas joki tugas. Lalu, kesusahan termasuk pasti bakal dialami mengingat keinginan bakal joki tugas masih tersedia dan diiringi oleh penawaran jasa joki tugas itu sendiri.
“Ya sebetulnya (joki tugas) mengganggu jikalau bikin saya. Itu mampu menyebabkan kerusakan pola pikir akademik berasal dari terhadap mahasiswa. Bagi saya, semestinya dibikin sanksi (terhadap joki tugas),” jadi Junaedi.
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor pun perlihatkan fenomena joki tugas amat membahayakan masyarakat. Mahasiswa yang gunakan joki amat tidak layak berasal dari segi mentalitas dan kekuatan untuk menempati suatu posisi pekerjaan tertentu.
Menurut Firman, mesti tersedia hukuman yang keras untuk joki tugas supaya orang-orang yang bekerja keras tidak dirugikan. “Harus tersedia pengaruh jera supaya orang tidak rela laksanakan (joki tugas) lagi. (Entah) itu dipermalukan, diumumkan namanya laksanakan joki, diberikan hukuman kurungan, atau dikasih denda yang besar,” ucap Firman.
Dede Rohana Putra, bagian DPRD Komisi IV Provinsi Banten, mengatakan bahwa tidak tersedia upaya berasal dari pemerintah maupun program kerja yang bertujuan untuk memberantas joki tugas. Menurutnya, fenomena ini lebih kepada bagaimana universitas mengawasi mahasiswa supaya mengerjakan tugas dengan jujur, laksanakan tugas sesuai dengan kekuatan supaya tidak gunakan pihak ketiga atau joki.
“Ini menjadi catatan bikin kita DPRD Provinsi Banten, cobalah saya bakal sampaikan ke Dinas Pendidikan, observasi, dan telaah kebenaran Info ini. Jika terdapat joki tugas ditemukan, tersedia termasuk pengaduan berasal dari pihak sekolah ataupun orang tua, kita bakal cobalah rumuskan untuk di-propose di Banten,” ujar Dede.
Jalan Penyelesaian Masalah
Tim menelusuri keterangan berasal dari mahasiswa dan akademisi dengan membandingkan ketetapan kemahasiswaan yang tersedia di Universitas Multimedia Nusantara. Namun, tim cuma memperoleh ketetapan tentang plagiarisme. Panduan kemahasiswaan 2020 bagian ketetapan akademik cuma sesuaikan kegiatan akademis merasa berasal dari Kedatangan perkuliahan, administrasi akademik, dan akademik secara umum beserta dengan keterangan tambahannya. Sementara itu, SK Wakil Rektor No. 053/SK-R/VII/2014 mengupas tentang keputusan plagiarisme merasa berasal dari pengertian, bentuk, dan hukuman bagi pelaku.
Sementara itu, tim termasuk tidak sukses menemukan wadah untuk melaporkan pelanggaran joki tugas di web site Dewan Etik Mahasiswa (DEM). Hanya pelanggaran-pelanggaran yang diatur di dalam arahan kemahasiswaan saja yang mampu dilaporkan.
Tim mencoba menghendaki keterangan berasal dari DEM. Johan Setiawan selaku Ketua Dewan Etik Mahasiswa (DEM) Universitas Multimedia Nusantara perlihatkan secara tidak segera bahwa belum tersedia ketetapan tentang joki tugas.
Namun, hal selanjutnya merupakan tingkah laku yang keliru secara etika dan moral supaya DEM mampu memberikan sanksi atas kelakuan tersebut.
Ia termasuk mengatakan bahwa segala bentuk pelanggaran mampu dilaporkan lewat web site formal DEM. Mahasiswa mampu menuliskan pelanggaran yang dimaksud. Lalu, DEM yang bakal perhitungkan sanksi yang sesuai untuk mahasiswa. Keterangan selanjutnya bertolak belakang berasal dari hasil penelusuran tim yang tidak mampu menemukan wadah untuk melaporkan pelanggaran.